Siang itu ketika mentari sudah mulai beranjak ke ufuk barat, kami meninggalkan
Dusun “Tana Malie” yang dalam bahasa Indonesia berarti Dusun “tanah yang Hanyut”, berada di Desa Ujung Labuang Kab. Pinrang Sulawesi Selatan kurang lebih 180 Km sebelah barat
Tepat pukul 20.00 Wita kami tiba di sana, dengan menggunakan “katinting” “sejenis perahu kecil yang memiliki pelampung di sebelah kiri dan kanannya” kami menyeberangi lautan menuju ke dusun tersebut. Dari kejauhan tampak jejeran rumah yang tak begitu teratur, dengan pencahayaan lampu yang seadanya. Maklumlah baru-baru ini di dusun tersebut telah dikembangkan Listrik tenaga surya oleh Pemerintah setempat, walaupun menurut masyarakat di
Jumlah rumah yang ada di Dusun tersebut kurang lebih 60 rumah, 1 tempat ibadah berupa Masjid dan 1 bangunan Sekolah Dasar dengan jumlah siswa setiap kelasnya cuma 9 orang dengan beberapa orang tenaga pengajar yang masih honor. Memprihatinkan memang mengingat dusun ini begitu dekat dengan
Mayoritas mata pencaharian masyarakat di
Hari kedua kami disana berjalan menyusiri Dusun tersebut, miris hati melihat banyaknya tumpukan-tumpukan sampah plastik yang tampaknya telah lama berada di
Tiba saatnya kami kembali ke Makassar tepatnya tanggal 21 juli 2010 dengan membawa keriangan anak-anak disana, dengan membawa keramahan n kesederhanaan masyarakatnya, dengan membawa sedikit catatan tentang kehidupan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar